Rabu, 16 April 2008

PENGARUH SALINITAS (0 ppt, 5 ppt, 10 ppt, dan 15 ppt) TERHADAP PERTUMBUHAN dan KELULUSHIDUPAN

IKAN NILA HASIL HIBRID STRAIN GIFT dengan STRAIN SINGAPURA

Oleh RIKA (K2B 004 119)


BAB I


PENDAHULUAN


    1. Latar Belakang



Ikan nila (Oreochromis sp.) termasuk salah satu jenis ikan yang amat potensial untuk dibudidayakan secara intensif karena ikan nila memiliki sifat biologi yang menguntungkan antara lain mudah berbiak, pertumbuhannya cepat, pemakan segala bahan makanan (omnivora), daya adaptasinya luas, dan toleransinya tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan( Rukmana,1997).

Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi ikan adalah dengan memanfaatkan perairan umum salah satunya adalah daerah pesisir pantai. Lahan perainan umum masih sangat potensial untuk pengembangan budidaya ikan. Perkiraan potensi lahan perairan umum untuk budidaya ikan di Indonesia sekitar 135.700 hektar. Pada tahun 2000 tingkat pemanfaatan perairan umum untuk kegiatan perikanan diperkirakan baru mencapai 10 %. Potensi lahan perairan umum pada waktu yang akan datang masih 90 % lagi. Ikan nila dipilih sebagai salah satu komoditas yang dibudidayakan di daerah pantai karena toleran terhadap salinitas, pertumbuhannya cepat, respons yang baik terhadap kondisi berjejal dan pakan buatan (pelet) cukup baik serta rasa dagingnya yang enak, sehingga memiliki keunggulan komparatif sebagai komoditas andalan dan mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan (Mansyur,A.,1999).

Diadakannya penelitian tentang pengaruh salinitas yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan ikan nila Gift vs ikan nila Singapura diharapkan dapat memberikan informasi tentang pertumbuhan dan kelulushidupan ikan nila jika dibudidayakan pada media salinitas sehingga dapat memanfaatkan lahan tambak yang tidak produktif lagi agar dijadikan sebagai usaha untuk meningkatkan produksi guna memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.




    1. Pendekatan Masalah


Produksi ikan nila pada saat ini mulai meningkat pesat dengan diiringi adanya permintaan benih ikan nila yang meningkat, baik itu dalam usaha karamba jaring apung atau karamba jaring tancap, kolam maupun tambak, bahkan untuk permintaan ekspor masih belum terpenuhi secara maksimal. Permintaan ini disesuaikan dengan kebutuhan akan kualitas, kuantitas serta kontinuitas produksi ikan nila (Anonymous, 1998 dan Sugiarto, 1988 dalam Mukti et al,2002).

Banyaknya lahan perairan umum serta tambak tidur di Indonesia dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha budidaya ikan, sehingga dapat meningkatkan produksi. Untuk memenuhi kebutuhan pasar yang semakin meningkat serta memanfaatkan lahan perairan umum serta tambak yang kurang produktif, maka ikan nila dipilih sebagai komoditas yang dibudidayakan di perairan pesisir. Untuk mengetahui secara detail pada salinitas berapa ikan nila tersebut dapat tumbuh dengan baik, maka penelitian ikan nila hasil hybrid antara strain Gift dengan Strain Singapura yang dipelihara pada media dengan salinitas yang berbeda ini dilakukan. Selain itu ikan nila hasil hybrid ini akan dirilis oleh pihak Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Tengah, sehingga perlu diketahui sejauh mana nila hybrid ini mempunyai kemampuan untuk bertoleransi terhadap salinitas (Satker PBIAT Janti, 2008).


    1. Tujuan Penelitian


Penelitian dengan judul “Pengaruh Salinitas yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan pada Ikan Nila Hasil Hibrid Strain Gift dengan Strain Singapura” bertujuan untuk mengetahui kelulushidupan (SR), pertumbuhan, dan rasio konsumsi pakan yang yang paling efisien ikan nila hasil hibrid antara strain Gift dengan Strain Singapura pada salinitas 0, 5 ppt,10 ppt, dan 15 ppt.


Ikan nila hasil pemijahan strain Gift dengan strain Singapura


INPUT

K

Pakan

ualitas air : salinitas, suhu, pH, Oksigen terlarut, Amonia Karbondioksida



Salinitas

(0ppt, 10 ppt,15 ppt,20 ppt)




PROSES - Kelulushidupan (SR)

- Pertumbuhan

- Rasio Konversi Pakan





Data





OUTPUT Analisa data




Kesimpulan




Gambar 1. Skema Pendekatan Masalah




    1. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para petani pembudidaya ikan nila, masyarakat dan mahasiswa dalam hal informasi tentang kelulushidupan dan pertumbuhan ikan nila hasil hybrid antara strain Gift dengan Strain Singapura yang dipelihara pada media bersalinitas tertentu, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi budidaya ikan nila.

BAB II


TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Biologi Ikan Nila (Oreochromis sp.)


2.1.1. Taksonomi Ikan Nila (Oreochromis sp.)


Menurut Sucipto dan Prihartono (2005), klasifikasi dari ikan nila adalah

sebagai berikut:

Filum : Chordata

Sub filum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Sub kelas : Teleostei

Ordo : Perchomorphi

Sub ordo : Perchoidae

Famili : Chiclidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis sp.


2.1.2. Morfologi


Ikan nila pada umumnya mempunyai bentuk tubuh panjang dan ramping, perbandingan antara panjang dan tinggi badan rata-rata 3 : 1. Sisik-sisik ikan nila berukuran besar dan kasar. Warna tubuh ikan nila amat bervariasi tergantung pada strain atau jenisnya. Ikan nila biasa berwarna hitam keputih-putihan, sedangkan nila hibrida merah berwarna merah. Mata ikan nila berbentuk bulat menonjol, dan bagian tepi berwarna putih.Ciri pada ikan nila adalah garis vertikal yang berwarna gelap di sirip ekor sebanyak enam buah. Garis seperti itu juga terdapat di sirip punggung dan sirip dubur (Rukmana,1997).

Menurut Kordi (2000) dalam Andrianto (2005), ikan nila berwarna putih kehitaman, makin ke perut makin terang. Ikan nila mempunyai garis vertikal 9-11 buah berwarna hijau kebiruan. Pada sirip ekor terdapat 6-12 garis melintang yang ujungnya berwana kemerah-merahan, sedangakan punggungnya terdapat garis-garis miring. Letak mulut ikan terminal, garis rusuk(Linea lateralis) terputus menjadi dua bagian, letaknya memanjang di atas sirip dada dengan jumlah sisik pada garis rusuk 34 buah.

Seperti halnya ikan nila yang lain, jenis kelamin ikan nila yang masih kecil, belum tampak dengan jelas. Perbedaannya dapat diamati dengan jelas setelah bobot badannya mencapai 50 gram. Ikan nila yang berumur 4-5 bulan (100-150 g) sudah mulai kawin dan bertelur Tanda-tanda ikan nila jantan adalah warna badan lebih gelap dari ikan betina, alat kelamin berupa tonjolan (papila) di belakang lubang anus, dan tulang rahang melebar ke belakang. Sedangkan tanda-tanda ikan nila betina adalah alat kelamin berupa tonjolan di belakang anus, dimana terdapat 2 lubang. Lubang yang di depan untuk mengeluarkan telur, sedang yang di belakang untuk mengeluarkan air seni dan bila telah mengandung telur yang masak,dan perutnya tampak membesar (Suyanto, 2003).


2.2. Jenis-Jenis Ikan Nila


2.2.1. Ikan Nila Gift


Ikan nila gift dikembangkan pertama kali oleh International Center for Living Aquatic Research Management (ICLARM), di Filipina pada tahun 1987. Nila gift merupakan hasil persilangan dari beberapa varietas ikan nila dari Taiwan, Thailand, Ghana, Singapura, Israel, Senegal, dan Kenya (Pulin et al, 1991; Gupta and Acosta, 2004 dalam Diani dan Sunyoto, 2005).

Ikan nila gift berasal dari akronim kata The Genetic Improvement of Farmed Tilapia. Potensi produksi ikan nila proyek gift ini 30% - 50% lebih tinggi daripada produksi ikan nila lokal. Strain ikan nila hibrida ini memiliki warna sisik seperti ikan nila biasa, yaitu putih kehitam-hitaman, tetapi ukuran tubuhnya lebih besar. Ikan nila gift didatangkan ke Indonesia pada tahun 1994. Hasil evaluasi Balai Penelitian dan Pengembangan Perikanan Air Tawar (Balitwar), Puslitbang Perikanan, menunjukkan bahwa, generasi ke-3 ikan nila gift mempunysi pertumbuhan 20% - 30% lebih cepat dan ukuran individu 30% lebih besar dibandingkan dengan ikan nila lokal, hasil seleksi pada tiga generasi ikan nila gift secara berturut-turut menunjukkan peningkatan mutu genetik, yakni terjadi kenaikan pertumbuhan 36% lebih cepat daripada ikan nila yang tidak diseleksi (Rukmana,1997).


2.2.2. Ikan Nila Singapura


Ikan nila singapura pada umumnya terdadapat garis-garis warna kea rah vertical pada badan dan ekor serta sirip punggung dan sirip dubur yang berwarna kemerah-merahan atau kekunung-kuningan ata keputih-putihan (albino). Tubuhnya memanjang dan ramping. Mulutnya lebar, bibirnya bergerigi dan matanya besar menambah penampilan nila merah tampak unik. Duri-duri keras pada sirip punggung dan sirip perutnya akan direntangkan untuk melindungi tubuhnya apabila dipegang. Sisik ikan nila merah sangat lekat dan tidak mudah lepas. Keadaan fisik tubuhnya padat. Dibandingkan dengan ikan nila lain, daging ikan nila merah lebih tebal sehingga kelihatan lebih gemuk. Hal ini karena pertumbuhannya yang seragam serta ketahanan fisik yang cukup tinggi terhadap perubahan dari luar (Djarijah,1995).

Menurut Rukmana (1997), ikan nila hibrida merah mempunyai warna sisik merah mengkilap, bentuk tubuhnya agak bulat, pertumbuhannya seragam, dan toleran terhadap air laut (salinitas). Selain ikan nila merah mempunyai peluang pasar yang bagus, ikan tersebut juga dapat tumbuh dengan cepat, efisien dalam menggunakan pakan, mudah dipelihara dalam berbagai lingkungan mulai dari perairan tawar, payau, hingga perairan laut. Ikan nila merah juga rakus terhadap pakan, dagingnya putih, tebal, dan rasanya enak sehingga disukai masyarakat (konsumen).

2.3. Pakan dan Kebiasaan Makan


Ikan nila termasuk golongan ikan pemakan segala atau lazim disebut omnivore. Namun larva ikan nila tidak sanggup memakan makanan dai luar selama masih tersedia makanan cadangan berupa kuning telur yang melekat di bawah perut larva yang baru menetas. Hal ini berbeda dengan jenis ikan air tawar pada umumnya yang sesaat setelah menetas lubang mulut sudah terbuka. Setelah rongga mulut terbuka, larva ikan nila memakan tumbuh-tumbuhan dan hewan air berupa plankton. Jenis-jenis plankton yang biasa dimakan antara lain yaitu alga bersel tunggal maupun benthos dan krustase berukuran kecil. Makanan ini diperoleh dengan cara menyerapnya dalam air (Djarijah, 1995).

Ikan nila setelah cukup besar memakan fitoplankton seperti alga berfilamen, detritus dan tumbuh-tumbuhan air serta organisme renik yang melayang-layang di air. Kebiasaan hidup di habitat alami memberikan petunjuk bahwa usaha budidaya nila memerlukan ketersediaan pakan alami yang memadai. Meskipun pada skala usaha budidaya intensif diberikan pakan buatan (pelet), tetapi pakan alami masih tetap diperlukan (Rukmana,1997).

Ikan nila tidak perlu diberikan pakan tambahan pada pemeliharaan sistem ekstensif (tradisional) dengan padat penebaran yang rendah. Pada pemeliharaan semi intensif, habitat dipupuk agar pakan alami tumbuh lebih subur. Sedangkan pada pemeliharaan secara intensif, selain dipupuk juga perlu diberikan pakan tambahan (pelet) dengan kadar protein 25 - 26 %. Banyaknya pakan tambahan (pelet) yang diberikan per hari sebesar 2 - 3 % dari berat tubuh ikan (Suyanto, 2004).

Menurut Kordi (2000) dalam Andrianto (2005), ikan nila dewasa mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan makanan di perairan dengan bantuan lender dalam mulut, makanan tersebut menjadi gumpalan partikel sehingga tidak mudah keluar. Ikan-ikan nila yang masih kecil suka mencari makanan di perairan dangkal, sedangkan ikan nila yang berukuran lebih besar lebih menyukai di perairan yang dalam.

Ikan nila lebih suka bergerombol di tengah atau di dasar kolam jika dalam kondisi kenyang. Dari beberapa penelitian menunujukkan bahwa kebiasaan makan ikan nila berhubungan dengan suhu perairan dan intensitas sinar matahari. Pada siang hari di mana intensitas matahari cukup tinggi dan suhu air meningkat, ikan nila lebih agresif terhadap makanan . Sebaliknya dalam keadaan mendung atau hujan, apalagi di waktu malam hari ketika suhu air rendah, ikan nila menjadi kurang agresif terhadap makanan (Djarijah, 2002).


2.4. Pertumbuhan dan Kelulushidupan


2.4.1. Pertumbuhan


Pertumbuhan merupakan suatu perubahan bentuk akibat petambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu secara individual. Pertumbuhan yaitu pertambahan jumlah sel-sel secara mitosis yang pada akhirnya menyebabkan perubahan ukuran jaringan. Pertumbuhan bagi suatu populasi adalah pertambahan jumlah individu. Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi umur, keturunan, jenis kelamin, sedangkan faktor eksternalnya seperti suhu, makanan, penyakit, media budidaya dan lain-lain (Effendi, 1979).

Ikan nila cepat tanggap terhadap pemeliharaan intensif, terutama faktor pemberian pakan dalam jumlah yang memadai dan kualitasnya tinggi. Di samping itu, sifat biologis ikan nila jantan dan betina memiliki sifat pertumbuhan yang berbeda. Hasil penelitian Puslitbang Perikanan menunujukkan hasil sebagai berikut, ikan nila jantan tumbuh lebih cepat daripada ikan nila betina, pertumbuhan ikan nila jantan rata-rata 2,1 gram/hari, sedangkan pertumbuhan ikan nila betina rata-rata 1,8 gram/hari. Ikan nila jantan yang dipelihara secara tunggal kelamin atau monoseks lebih cepat tumbuh besar daripada ikan nila yang dipelihara secara campuran (jantan dan betina). Perbedaan sifat pertumbuhan ikan nila jantan dan nila betina diduga karena faktor tingkah laku dalam perkembangbiakkan. Ikan nila jantan lebih cepat dewasa (matang kelamin) daripada ikan nila betina. Oleh karena itu, nila jantan memiliki kecepatan tumbuh lebih tinggi daripada ikan nila betina (Rukmana,1997).

Ikan nila yang dibudidayakan, laju pertumbuhan tubuhnya tergantung dari faktor fisika,kimia perairan, dan interaksinya. Ikan nila lebih cepat tumbuh besar dipelihara di kolam yang airnya dangkal daripada di kolam yang keadaan airnya dalam. Kolam yang airnya dangkal akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan tanaman air atau pakan alami ikan.Di perairan, pertumbuhan tanaman air sangat cepat, dan tanaman air merupakan pakan bagi ikan nila (Amri dan Khairuman, 2003).


2.4.2. Kelulushidupan


Kelulushidupan adalah perbandingan antara jumlah individu yang hidup pada akhir percobaan dengan jumlah individu yang hidup pada awal percobaan. Kelulushidupan merupakan peluang hidup dalam suatu saat tertentu. Kelulushidupan ikan dipengaruhi oleh faktor biotik dan biotik. Faktor biotik yang mempengaruhi yaitu kompetitor, parasit, umur, predasi, kepadatan populasi, kemampuan adaptasi dari hewan dan penanganan manusia. Faktor abiotik yang berpengaruh antara lain yaitu sifat fisika dan sifat kimia dari suatu lingkungan perairan (Effendi, 1979).

Menurut Stickey (1979), prosentase kelulushidupan dipengaruhi oleh faktor abiotik seperti kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, penanganan manusia, jumlah populasi, kompetitor, penyakit, umur serta ada atau tidaknya predator.


2.5. Kualitas Air


Air merupakan media untuk kegiatan budidaya ikan, termasuk pada kegiatan pembesaran. Kualitas air dipengaruhi oleh berbagai bahan kimia yang terlarut dalam air, seperti oksigen terlarut, pH, alkalinitas, kesadahan, dan bahan-bahan fisika lainnya. Perubahan karakteristik air yang dapat dikatakan telah terjadi peningkatan kualitas air. Demikian juga sebaliknya, bila perubahan itu menurunkan produksi, dapat dikatakan terjadi penurunan kualitas air (Sucipto dan Prihartono, 2005).


2.5.1. Oksigen terlarut


Oksigen diperlukan ikan untuk respirasi dan metabolisme dalam tubuh ikan untuk aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi dan lain-lain. Laju pertumbuhan dan konversi pakan juga sangat tergantung pada kandungan oksigen. Nilai oksigen di dalam pengelolaan kesehatan ikan sangat penting karena kondisi yang kurang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan dapat mengakibatkan ikan stress sehingga mudah terserang penyakit (Sucipto dan Prihartono, 2005).

Kebutuhan oksigen untuk tiap jenis biota air berbeda-beda, tergantung dari jenisnya dan kemampuan untuk beradaptasi dengan naik-turunnya kandungan oksigen. Kandungan oksigen terlarut yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan nila sebesar 5 mg/l. Konsentrasi oksigen yang rendah dapat diatasi dengan menggunakan aerator ataupun kincir air. Pada level di bawah 1 mg/l dapat menyebabkan penurunan laju pertumbuhan ikan (Andrianto, 2005).


2.5.2. Suhu air


Suhu merupakan salah satu faktor yang penting di dalam kegiatan budidaya perikanan. Suatu aktivitas metabolisme ikan berbanding lurus terhadap suhu air. Semakin tinggi suhu air semakin aktif pula metabolisme ikan, demikian pula sebaliknya (Zairin, 2004).

Kondisi suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan. Pada suhu rendah, ikan akan kehilangan nafsu makan dan menjadi lebih rentan terhadap penyakit. Sebaliknya jika suhu terlalu tinggi maka ikan akan mengalami stress pernapasan dan bahkan dapat menyebabkan kerusakan insang permanen (www.o-fish.com, 2008).

Suhu air yang optimal untuk pertumbuhan ikan nila berkisar antara 28°C sampai 32°C. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan ikan nila yang dibudidayakan mampu beradaptasi dengan suhu air diantara keduanya, mulai dari 14°C sampai 38°C (Sucipto dan Prihartono, 2005).


2.5.3. Karbondioksida (CO2)


Pada perairan alam dan dalam sistem pemeliharaan ikan, konsentrasi karbondioksida diperlukan untuk proses fotosintesis oleh tanaman air. Nilai CO2 ditentukan antara lain oleh pH dan suhu. Jumlah CO2 di dalam perairan yang bertambah akan menekan aktifitas pernapasan ikan dan menghambat pengikatan oksigen oleh hemoglobin sehingga dapat membuat ikan menjadi stress. Kandungan CO2 dalam air untuk kegiatan pembesaran nila sebaiknya kurang dari 15 mg/liter (Sucipto dan Prihartono, 2005).

Pada proses fotosintesis dihasilkan oksigen tetapi hal yang berlawanan dari itu diperlukan karbondioksida, yaitu gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan air renik maupun tumbuhan tingkat tinggi untuk melakukan fotosintesis. Bagi tumbuhan hijau jumlah carbondioksida harus tersedia dalam jumlah yang cukup banyak tetapi jika jumlah tersebut melampaui batas akibatnya kehidupan hewan-hewan air akan mengalami saat kritis, karena selain mempengaruhi pH, kadar karbondioksida yang terlampau tinggi dapat menjadi racun bagi hewan air secara langsung (Andrianto 2005).

Meskipun peranan karbondioksida sangat besar bagi kehidupan organiswe air, namun jika dalam jumlah yang berlebihan akan mengganggu organisme yang dibudidayakan. Kandungan karbondioksida lebih dari 15 ppm sangat membahayakan bagi organisme yang dibudidayakan, karena keberadeaanya dalam darah dapat menghambat pengikatan hemoglobin (Andrianto, 2005).


2.5.4. Derajat keasaman (pH)


Ikan nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan alkalinitas rendah atau netral. Pada lingkungan dengan pH rendah pertumbuhannya mengalami penurunan namun demikian ikan nila masih dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 5 – 10.

Derajat keasaman (pH) sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju reaksi beberapa bahan dalam air, tidak semua mahluk hidup bisa bertahan dengan perubahan nilai pH, untuk itu alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan. Dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air itu sesuai atau tidak sebagai media hidup ikan nila. (www.o-fish.com, 2008).

Aktifitas ikan nila yang memproduksi asam dari hasil proses metabolisme dapat mengakibatkan penurunan pH air, kolam yang lama tidak pernah mengalami penggantian air akan menyebabkan penurunan pH, hal ini disebabkan karena peningkatan produksi asam oleh ikan nila yang terakumulasi terus-menerus di dalam kolam dan ini dapat menyebabkan daya racun dari amoniak dan nitrit dalam budidaya ikan nila akan meningkat lebih tajam. Stress asam yang dihasilkan dari proses metabolisme tersebut dapat menyebabkan ikan mengalami kehilangan keseimbangan (Lesmana, 2004).


2.5.5. Amoniak


Amoniak merupakan hasil akhir dari proses metabolisme. Pada sistem budidaya ikan sisa pakan yang berlebih merupakan sumber penyebab naiknya kadar amoniak. Amoniak dalam bentuk tidak terionisasi merupakan racun bagi ikan, walaupun biasanya ikan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi amoniak akan tetapi perubahan mendadak akan menyebabkan kerusakan jaringan insang (Sucipto dan Prihartono, 2005).

Keberadaan amoniak dalam air dapat menyebabkan berkurangnya daya ikat oksigen oleh butir-butir darah, hal ini akan menyebabkan nafsu makan ikan menurun. Kadar oksigen dan amoniak didalam perairan berbanding terbalik, apabila amoniak meningkat maka kadar oksigen menjadi rendah, kadar amoniak yang baik adalah kurang dari 1 ppm, sedangkan apabila kadar amoniak lebih dari 1 ppm maka hal itu dapat membahayakan bagi ikan dan organisme budidaya lainya. (Andrianto, 2005).



2.5.6. Salinitas


Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi proses biologi dan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme antara lain yaitu mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan daya kelangsungan hidup (Andrianto, 2005).

Menurut Boyd (1987) salinitas adalah kadar seluruh ion-ion yang terlarut dalam air, dinyatakan juga bahwa komposisi ion-ion pada air laut dapat dikatakan mantap dan didominasi oleh ion-ion tertentu seperti sulfat, chlorida, carbonat, natrium, calsium dan magnesium.

Salinitas sangat berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, semkin tinggi salinitas semakin besar pula tekanan osmotiknya. Ikan nila tergolong ikan yang dapat bertahan pada kisaran salinitas yang luas dari 0 – 35 ppt. Ikan nila merupakan ikan yang biasa hidup di air tawar, sehingga untuk membudidayakan diperairan payau atau tambak perlu dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu secara bertahap sekitar 1 – 2 minggu dengan perubahan salinitas tiap harinya sekitar 2- 3 ppt agar ikan nila dapat beradaptasi dan tidak stres (Andrianto, 2005).


2.6. Habitat


Ikan nila merupakan jenis ikan yang hidup di perairan tawar, seperti sungai, danau, waduk, rawa, dan genangan air lainya, disamping itu, ikan nila dapat juga beradaptasi diperairan air payau dengan menggunakan teknik adaptasi bertahap (Rukmana, 1997).

Ikan nila dikenal sebagai ikan yang tahan terhadap perubahan lingkungan tempat hidupnya. Nila hidup di lingkungan air tawar, air payau, dan air asin. Kadar garam air yang disukai antara 0-35 ppt. Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi bertahap. Kadar garam air dinaikkan sedikit demi sedikit. Pemindahan ikan nila secara mendadak ke dalam air yang kadar garamnya sangat berbeda dapat mengakibatkan stress dan kematian ikan (Suyanto, 2004).

Tempat hidup Ikan nila biasanya berada pada perairan yang dangkal dengan arus yang tidak begitu deras, ikan ini tidak suka hidup di perairan yang bergerak (mengalir),akan tetapi jika dilakukan perlakuan terhadap ikan nila seperti pengadaptasian terhadap lingkungan air yang mengalir maka ikan nila juga bisa hidup baik pada perairan yang mengalir. (Djarijah, 2002).

Lingkungan tumbuh (habitat) yang paling ideal adalah perairan air tawar yang memiliki suhu antara 14oC – 38 oC, atau suhu optimal 25oC – 30oC. Keadaan suhu yang rendah yaitu suhu kurang dari 140C ataupun suhu yang terlalu tinggi di atas 300C akan menghambat pertumbuhan nila. Ikan nila memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan hidup. Keadaan pH air antara 5 – 11 dapat ditoleransi oleh ikan nila, tetapi pH yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan ikan ini adalah 7- 8. Ikan nila masih dapat tumbuh dalam keadaan air asin pada salinitas 0-35 ppt. Oleh karena itu, ikan nila dapat dibudidayakan di perairan payau, tambak dan perairan laut, terutama untuk tujuan usaha pembesaran (Rukmana, 1997).

BAB III


METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Hipotesis


Hipotesis dari penelitian ini dapat ditarik sebagai berikut :

H0 : Pemeliharaan pada media dengan salinitas 0 ppt, 5 ppt, 10 ppt, 15 ppt tidak bepengaruh terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan ikan nila hasil hibrid antara ikan nila gift dengan ikan nila singapura.

H1 : Pemeliharaan pada media dengan salinitas 0 ppt, 5 ppt, 10 ppt, 15 ppt berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan ikan nila hasil hibrid antara ikan nila gift dengan ikan nila singapura.

Kaidah pengambilan keputusan untuk uji F adalah sebagai berikut :

F hitung ≥ F tabel (0,01 dan 0,05) terima H1; tolak H0

F hitung <>


3.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April – Mei 2008 di Laboratorium Basah Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Semarang.


3.3. Bahan dan Alat


3.3.1. Ikan Uji


Ikan uji (Oreochromis sp.) yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan hasil pemijahan antara ikan nila gift dengan ikan nila singapura di Satker Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (Satker PBIAT) Janti, Klaten, Jawa Tengah. Ikan uji yang digunakan berukuran antara 3 – 5 cm.




3.3.2. Wadah Pemeliharaan


Wadah pemeliharaan yang digunakan yaitu berupa bak- bak kecil berukuran 60 cm x 30 cm x 20 cm. Setiap unit wadah dilengkapi dengan aerasi.


3.3.3. Media Pemeliharaan


Air media yang digunakan adalah air dengan salinitas 0 ppt, 5 ppt, 10 ppt, dan 15 ppt. Air yang akan digunakan sebagai media sebelumnya disaring, dienedapkan serta diaerasi terlebih dahulu selama semalam. Air dengan salinitas 5 ppt, 10 ppt, 15 ppt didapatkan dengan pengenceran garam krosok ke dalam air. Kualitas air media pemeliharaan harus selalu dijaga agar tidak mengalami fluktuasi yang drastis yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan.


3.3.4. Peralatan Penelitian


Peralatan yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 1. Peralatan yang digunakan dalam penelitian

No

Alat

Ketelitian

Fungsi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Bak kecil

Termometer

DO meter

Refraktometer

pH meter

Timbangan elektrik

Penggaris

60cmx 30cm x 20cm

0,05 °C

0,01 mg/L

0,5 ppt

-

1 mg

1 mm

Tempat pemeliharaan ikan

Mengukur suhu air

Mengukur kadar Oksigen terlarut

Mengukur salinitas air

Mengukur pH

Menimbang pakan dan berat ikan

Mengukur panjang tubuh ikan







3.4. Prosedur Penelitian


3.4.1. Tahap persiapan


Tahap persiapan penelitian yang dilakukan adalah meliputi persiapan alat dan wadah, adaptasi ikan ke salinitas 5 ppt, 10 ppt, 15 ppt

1. Persiapan alat dan wadah penelitian

Persiapan alat dan wadah penelitian yang dilakukan adalah sterilisasi alat dan wadah serta menyiapkan sistem aerasi

2. Pembuatan media bersalinitas 5 ppt, 10 ppt, 15 ppt

Pada penelitian ini media pemeliharaan yang digunakan adalah air payau dengan salinitas 0 ppt, 5 ppt, 10 ppt, 15 ppt. Salinitas diperoleh dengan cara mengencerkan garam krosok ke dalam air, kemudian larutan garam ini dicampur dengan air tawar dengan perbandingan tertenu hingga didapatkan salinitas 5 ppt, 10 ppt, 15 ppt. Pengukuran salinitas dengan menggunakan refractometer.

3. Adaptasi ikan ke salinitas 5 ppt, 10 ppt. 15 ppt.

Ikan uji diadaptasikan selama ± 14 hari dengan rincian 7 hari adaptasi terhadap peningkatan salinitas dari 0 ppt hingga 15 ppt, dan 7 hari untuk penyesuaian terhadap media bersalinitas. Salinitas ditingkatkan secara perlahan dengan tujuan agar ikan uji tidak stress.


      1. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian meliputi ikan uji, pakan, dan media pemeliharaan.

  1. Pemeliharaan ikan uji

Ikan nila hibrid dipelihara selama 40 hari di dalam media bersalinitas 0 ppt, 5 ppt, 10 ppt, dan 15 ppt. Pengukuran pertumbuhan meliputi pengukuran panjag dan berat dilakukan setiap 10 hari sekali. Pengukuran berat ikan dengan menggunakan timbangan elektrik. Perhitungan kelulushidupan benih dilakukan dengan cara menghitung jumlah ikan pada awal dan akhir penelitian.


  1. Pemberian pakan

Pakan diberikan secara ad satiation denagn frekuensi 3 kali sehari yang berupa pelet.

  1. Media pemeliharaan

Pemeliharaan kualitas media air sangat penting untuk menjaga agar ikan nila dapat tumbuh optimal. Pergantian air sebanyak 30 % dari volume air media dilakukan setiap 5 hari sekali bersamaan dengan kegiatan penyifonan untuk membersihkan sias pakan dan kotoran yang mengendap. Pengukuran kualitas air meliputi suhu, DO, Karbondioksida, pH dan Amonia dilakukan di awal dan akhir penelitian.

3.5. Pengumpulan Data

3.5.1. Pertumbuhan

        1. Pertumbuhan mutlak

Menurut Effendi (1979), Pertumbuhan mutlak diukur secara periodik dalam mingguan dari awal hingga akhir penelitian dengan menimbang berat biomassa nila. Pertumbuhan mutlak dapat dihitung dengan rumus :

W = Wt - Wo

Keterangan :

W = Pertambahan berat mutlak (g)

Wo = Berat hewan uji pada awal penelitian (g)

Wt = Berat hewan uji pada akhir penelitian (g)


        1. Laju pertumbuhan harian (% / hari)

Menurut Tacon (1987), Laju pertumbuhan harian adalah presentase dari selisih berat akhir dan berat awal yang dibagi dengan lamanya waktu pemeliharaan. Perhitungan laju pertumbuhan harian dengan menggunakan rumus sebagai berikut :



SGR = LnWt-LnWo x 100 %

T

Keterangan :

SGR = Laju pertumbuhan harian

Wo = Berat hewan uji pada awal penelitian (g)

Wt = Berat hewan uji pada akhir penelitian (g)

T = Waktu penelitian (hari)


      1. Kelulushidupan

Kelulushidupan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

SR = Nt x 100 %

No

Keterangan :

SR = Kelulushidupan benih nila (%

No = Jumlah ikan pada awal penelitian

Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian

(Effendi, 1979)


3.5.3 Rasio konversi pakan (FCR)

Rasio konversi pakan ikan nila dapat dihitung dengan menggunakan rumus Tacon (1987), yaitu :

FCR = F

Wt – Wo

Keterangan :

FCR = Food Conversion Ratio ( rasio konversi pakan)

Wo = Berat hewan uji pada awal penelitian (g)

Wt = Berat hewan uji pada akhir penelitian (g)

F = Jumlah pakan yang dikonsumsi (g)






      1. Pengamatan kualitas air

Kualitas air yang diamati dapat dilihat pada tabel dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2. Pengukuran kualitas air


No

Parameter Kualitas Air

Alat

Frekuensi Pengukuran

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Suhu

Oksigen terlarut

pH

Kadar amonia

Karbondioksida

Salinitas

Termometer

DO meter

pH meter

Spektrofotometer


Refractometer

3 kali / hari

Awal dan akhir penelitian

Awal dan akhir penelitian

Awal dan akhir penelitian

Awal dan akhir penelitian

Sekali sehari



    1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratoris. Pola rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan acak lengkap merupakan rancangan yang paling sederhana, cocok untuk materi yang bersifat homogen yang artinya variasi diantaranya relatif kecil. Rancangan Acak Lengkap (RAL) tersebut terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Adapun perlakuan tersebut adalah :

  1. Perlakuan A : Ikan nila hibrid hasil persilangan antara nila gift dengan singapura yang dipelihara pada media bersalinitas 0 ppt.

  2. Perlakuan B : Ikan nila hibrid hasil persilangan antara nila gift dengan singapura yang dipelihara pada media bersalinitas 5 ppt.

  3. Perlakuan C : Ikan nila hibrid hasil persilangan antara nila gift dengan singapura yang dipelihara pada media bersalinitas 10 ppt.

  4. Perlakuan D : Ikan nila hibrid hasil persilangan antara nila gift dengan singapura yang dipelihara pada media bersalinitas 15 ppt.



Penempatan wadah penelitian adalah sebagai berikut :

D1

C1

B3

C2

B1

A1





C3

B2

A2

A3

D3

D2





Gambar 2. Tata Letak Wadah Penelitian

Keterangan :

A1,A2,A3 = Ikan kontrol.

B1,B2,B3 = Ikan nila hibrid yang dipelihara pada media dengan salinitas 5 ppt.

C1,C2,C3 = Ikan nila hibrid yang dipelihara pada media dengan salinitas 10 ppt.

D1,D2,D3 = Ikan nila hibrid yang dipelihara pada media dengan salinitas 15 ppt.


    1. Analisa Data

Data yang didapat dari hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan analisa ragam (anova) untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan serta rasio konversi pakan, jika dari hasil pengujian, menunjukkan bahwa terdapat data menyebar normal, homogen dan additive, maka dilakukan analisa sidik ragan (one way anova). Apabila terdapat pengaruh yang nyata (p <>

DAFTAR PUSTAKA


Amri, K dan Khairuman. 2003. Budidaya Ikan Nila secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.


Andrianto, T. T. 2005. Pedoman Praktis Budidaya Ikan Nila. Absolut. Yogyakarta.


Anonymous. 1988. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Nila Merah. Balai Budidaya Air Tawar. Direktorat Jenderal Perikanan Sukabumi. Dalam Mukti, A T. et al. 2002. Optimalisasi Dosis Hormon sintesis 17 α- Metiltestoteron dan Lama Perendaman Larva Ikan Nila (Oreochromis spp.) terhadap Keberhasilan Perubahan Jenis Kelamin. BIOSAIN Vol 2 No.1

Boyd, C. E. 1987. Water Quality Management In Pond Fish Culture. Intenasional Center For Aquaqulture Auburn University

Djarijah, A. S. 1995. Nila Merah, Pembenihan dan Pembesaran Secara Intensif. Kanisius. Yogyakarta

Djarijah, A. S. 2002. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Kanisius. Yogyakarta.

Effendi, M. S. 1979. Metode Biologi Perikanan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Gupta, M.V. and B.O. Acosta. 2004. From Drawing Board to Dining Table: The Success Story ot The GIFT Project. Naga, Wordfish Center Quarterly, 27(3): 4-14. dalam Diani, S. dan Sunyoto P. 2005. Perbedaan Cara Panen Benih Ikan Nila Gift, Oreochromis niloticus. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Banten.


Lesmana, D. S. 2004. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. PT. Penebar Swadaya. Jakarta

Mansyur, A.:Tonnek, S.; Pongsapan, D. S. The Prospect of Hybrid Nile Tilapia (Hybrid Oreochromis niloticus) in Increasing Production on Marine Cage Culture. Balai Penelitian Perikanan Pantai. Marros.


Pullin, R. S. V. 1991. The Genetic Improvement of Farmed Tilapia (GIFT) project: The Story for ICLARM. Conf. Proe. dalam Diani, S. dan Sunyoto P. 2005. Perbedaan Cara Panen Benih Ikan Nila Gift, Oreochromis niloticus. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Banten.


Rukmana, R. 1997. Ikan Nila Budidaya dan Prospek Agribisnis. Kanisius. Yogyakarta.

Satker PBIAT Janti-Klaten.2008. (Belum Dipublikasikan).

Srigandono, B. 1992. Rancangan Percobaan. Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro. Semarang (Untuk Kalangan Sendiri).


Stickey, R.R. 1979. Principle of Warm Water Aquaculture. John Willey and Sons. New York.


Sucipto, Adi dan Prihartono, R. Eko. 2005. Pembesaran Nila Merah Bangkok. Penebar Swadaya. Jakarta.


Suyanto. R. 2004. Nila. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tacon. A. G. J. 1987. Nutrition and Feeding of Farmed Fish and Shrimp, Governent Cooperative Programme (FAO), Brasil. 79-80 pp.


Zairin, M. 2004. Budidaya Ikan Aligator. Penebar Swadaya. Jakarta. 71 hlm.

www.o-fish.com/air.keasaman.php.copyright.2002-2007. Diakses tgl 8 April 2008

www.o-fish.com/air.temperatur.php.copyright.2002-2007. Diakses tgl 8 April 2008


Sabtu, 29 Desember 2007

Budidaya Ikan Manfish

BUDIDAYA IKAN MANFISH

1. PENDAHULUAN

Ikan manfish (Angle Fish) berasal dari Amerika Selatan, tetapi telah banyak dibudidayakan di Indonesia. Ikan manfish disebut Angle Fish (Ikan Bidadari), karena bentuk dan warnanya menarik serta gerakkannya yang tenang. Secara umum budidaya ikan manfish tidak membutuhkan lahan yang luas, bahkan dapat dilakukan dalam aquarium atau paso dari tanah, sehingga tidak membutuhkan investasi besar untuk budidayanya.

2. PEMIJAHAN

1) Perbedaan induk jantan dan betina

INDUK JANTAN

- Ukuran relatif lebih besar dari induk

betina pada umur yang sama - Dilihat dari atas perut pipih atau ramping

- Bentuk kepala agak besar

- Antara mulut dan sirip punggung berbentuk cembung.

INDUK BETINA

- Mempunyai ukuran relatif lebih kecil dari induk jantan

- Perut terlihat besar dan menonjol

- Kepala lebih kecil

- Antara mulut ke sirip punggung membentuk garis lurus, kadangdang menonjol sedikit.

2) Pemilihan Induk

a. Induk yang baik untuk dipijahkan adalah yang telah berumur lebih dari 6 bulan, dengan panjang induk jantan + 7,5 cm dan induk betina + 5 cm

b. Untuk penentuan pasangan secara cermat, yaitu dengan cara menyiapkan induk-induk yang telah matang telur dalam satu bak (2 x 2) meter persegi dengan ketinggian air + 30 cm. Umumnya ikan manfish akan memilih pasangannya masing-masing. Hal ini dapat terlihat pada malam hari, ikan yang telah berpasangan akan memisahkan diri dari kelompoknya. Ikan yang telah berpasangan ini segera diangkat untuk dipijahkan.

3) Cara Pemijahan

a. Tempat pemijahan dapat berupa aquarium, bak atau paso dari tanah, diisi air yang telah diendapkan setinggi 30 - 60 cm

b. Siapkan substrat dapat berupa daun pisang, seng plastik, kaca, keramik atau genteng dengan lebar + 10 cm dan panjang + 20 cm

c. Substrat diletakkan secara miring atau terlentang

d. Sebelum terjadi pemijahan, induk jantan akan membersihkan substrat dengan mulutnya

e. Setelah terjadi pemijahan, telur akan menempel pada substrat. Untuk satu kali pemijahan telur dapt berjumlah 2.000 ~ 3.000 butir

f. Selama pemijahan induk akan diberi makan kutu air dan cuk.

3. PEMELIHARAAN BENIH

Setelah induk memijah, penetasan telur dapat segera dilakukan. Penetasan telur ada beberapa cara:

a. Substrat yang telah ditempeli telur diangkat, untuk dipindahkan kedalam aquarium penetasan. Pada waktu mengangkat substrat diusahakan agar telur senantiasa terendam air, untuk itu dapat digunakan baskom atau wadah lain yang dimasukkan ke tempat pemijahan

b. Cara kedua yaitu telur ditetaskan dalam tempat pemijahan. Setelah menetas (2 ~ 3 hari) benih yang masih menempel pada substrat dapat dipindahkan ke aquarium. Pemindahan benih dilakukan dengan cara yang sama (a) Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan benih:

a. Aquarium tempat menetaskan telur maupun pemeliharaan benih sebelumnya harus di persiapkan dahulu, yaitu dengan mengisi air yang telah diendapkan + 10 cm, kemudian bubuhkan methyline blue beberapa tetes, untuk mencegah kematian telur karena serangan jamur. Selanjutnya beri tambahan oksigen dengan menggunakan pompa udara.

b. Telur dan benih yang masih menempel pada substrat tidak perlu diber makan

c. Setelah lepas dari substrat (3 ~ 4 hari) dapat diberikan makanan berupa rotifera atau kutu air yang disaring, selama 5 ~ 7 hari.

d. Selanjutnya benih diberi kutu air tanpa di saring

e. Setelah seminggu diberi kutu air, benih muali dicoba diberi cacing rambut.

4. PEMBESARAN

1) Setelah benih memakan cacing rambut, perlu dilakukan penjarangan di aquarium yang lebih besar

2) Pada 1,5 bulan dapat ditebar sebanyak + 1.000 ekor benih pada bak tembok berukuran (1,5 x 2) meter persegi dengan tinggi air 15 s.d. 20 cm

3) Selanjutnya penjarangan dilakukan 2 minggu sekali dengan membagi dua, sehingga tiap kolam diisi 100 ekor

4) Pada keadaan terbatas kepadatan lebih dari 100 ekor, asal ketinggian air ditambah serta diberi pompa udara

5) Pembersihan kotoran dilakukan setiap hari dengan menyiphon dan air sebagaimana semula.

5. PENUTUP

1) Karena bentuk dan warnanya yang menarik, serta gerakan yang tenang, sehingga minat masyarakat terhadap ikan manfish (Angle Fish) cukup besar)

2) Harga ikan Manfish pun cukup tinggi, sehingga pembudidayaannya dapat dijadikan sebagai usaha sambilan yang dapat menambah penghasilan keluarga.